Hermawan Kertajaya :What Is MICE, Anyway?

17 06 2008

My Photo

Sejak beberapa hari lalu, saya berada di Kota Kinabalu. Kota itu sering disebut KK, tapi bukan Kandang Kerbau yang merupakan nama sebuah rumah sakit bersalin sangat terkenal di Singapura. KK adalah ibu kota Sabah State, negara bagian Malaysia di bagian utara Pulau Kalimantan.

Ini adalah kali pertama saya berada di East Malaysia -yang juga punya negara bagian lain bernama Sarawak dengan ibu kotanya, Kuching. Saya datang ke sana karena diundang menjadi speaker tentang perlunya branding pada era globalisasi. Konferensi tersebut diadakan tiga tahun sekali di Sabah dengan judul yang keren, yaitu The Second International CEO Conference.

Yang datang pada pembukaan kemarin sekitar 550 pengusaha dan kalangan profesional. Bukan hanya dari Malaysia, tapi juga dari Jepang, Korea, Afrika, serta Indonesia. Chief minister (CM) -yang di Malaysia suka disebut menteri besar- sama dengan gubernur kalau di tempat kita. Dia menjadi orang paling sibuk karena menjadi tuan rumah acara tersebut. Dalam pidato sambutannya, CM memberi semangat kepada semua tamu untuk melakukan investasi di Sabah.

Sebagai speaker, saya merasa cukup puas. Sebab, sejak tiba di airport, sudah ada LO (liaison officer) yang menyambut dan mendampingi saya. Encik Asman dari Yayasan Sabah, penyelenggara konferensi, selalu siap 24 jam untuk saya. Dia juga begitu antusias menunjukkan Kota KK, termasuk ”1 Borneo” yang merupakan the First Lifestyle Hypermall in East Malaysia. Kota itu memang indah karena dikelilingi pantai yang berkelok-kelok.

Encik Asman selalu setia menemani saya makan di Sutera Harbour Resort, tempat konferensi berlangsung. Perlakuan semacam itu juga didapat semua pembicara serta peserta yang menginap. Dia juga selalu mengingatkan saya tentang acara-acara penting yang harus saya hadiri.

Konferensi tersebut cukup profesional karena di-organize oleh ASLI (Asia Strategic Leadership Institute). Lembaga itu merupakan think tank organisasi di Malaysia yang berkedudukan di KL. ASLI didirikan oleh anak Tun Mahathir Mohamad, mantan perdana menteri Malaysia yang sampai sekarang masih vokal. Saya sendiri selalu diundang ASLI dalam konferensi-konferensi besar yang mereka selenggarakan. Kantor Cabang MarkPlus yang di KL juga sering bekerja sama dengan mereka, baik untuk riset maupun training.

Setelah dua hari mengikuti konferensi tersebut, saya akhirnya tahu bahwa inilah upaya pemerintah Sabah untuk memasarkan dirinya dalam hal TTI (trade, tourism, and investment). Karena itu, nanti siang dalam sesi branding, saya akan menekankan pentingnya umbrella branding untuk sebuah negara, negara bagian, atau even sebuah kota dalam menjual dirinya.

Kalau kita ingat Singapura, yang muncul dalam pikiran kita adalah kebersihan, sikap disiplin, dan produktif. Itulah umbrella branding Singapore yang dulu menyebut dirinya The New Asia (Asia yang baru). Artinya, Singapura memang masih Asia, tapi ingin menyatakan dirinya sebagai orang Asia yang baru. Tidak jorok, tidak korupsi, dan tidak santai. So, lihat saja hasilnya. Negara yang tidak punya apa-apa bisa paling hebat TTI-nya dibanding para tetangganya yang lebih hebat, misalnya Indonesia.

Trade? Cukup jadi hub dengan membangun airport dan seaport bertaraf international, Singapura bisa jadi pusat transshipment hub dari Asia Tenggara ke dunia.

Tourism? Wow… Meski kalah oleh Malaysia yang sekarang sudah mencapai 20 juta dan Thailand dengan 15 juta wisatawan per tahun, Singapura yang hanya berisi shopping center bisa menarik orang-orang untuk datang ke sana.

Investment? Saat ini sudah bersifat high tech karena kesiapan SDM mereka. Sedangkan yang low tech mereka berikan ke Batam.

Nah, karena itulah, Sabah -yang sebenarnya sangat terpencil letaknya- bersikeras bikin konferensi besar-besaran untuk memperkenalkan umbrella branding-nya. This is really a state marketing, a city marketing even a country marketing yang dibungkus dalam MICE activity. Meeting, incentive, conference, and event seperti itu memang bukan untuk keperluan tourism semata. Kalau jeli, kita bisa memakainya untuk keperluan place marketing.

Surabaya sendiri -setelah Jatim Expo- sekarang sudah punya Gramedia Convention Center. Saya melihat Dyandra akan sangat sibuk karena jadwal pameran dengan berbagai tema sudah padat sampai akhir tahun. Di bekas lokasi Marinir di Gubeng, saya sudah melihat rencana untuk membuat superblock, termasuk sebuah convention center besar dan mewah. Itu berarti, Surabaya akan menjadi kota yang menggeliat lagi.

The MarkPlus Festival 2008 yang akan diselenggarakan 10 Juli nanti juga merupakan kontribusi saya sebagai arek Suroboyo untuk me-marketing kota ini. Lintas Arta akan men-support dengan fasilitas video conferencing, sehingga para marketer di Bali, Balikpapan, Makassar, dan kota-kota lain bisa ”join” dengan 1.000 orang yang akan hadir secara fisik di Shangri-La Surabaya. Dengan demikian, umbrella branding Surabaya sebagai trading hub Indonesia Timur akan diperkuat.

Saya juga berharap tiap arek Suroboyo lain juga berpikir bisa menggunakan MICE untuk ikut me-marketing-kan Surabaya di berbagai aspek. Mengapa? Sebab, kita semua adalah ambassador Surabaya, kota yang jangan hanya dianggap sebagai Kota Bonek. Tapi, juga kota yang siap menyambut tamu-tamu untuk datang sesuai dengan semangat Sparkling Surabaya. Bagaimana pendapat Anda? (www.hermawankartajaya.com)





Hermawan Kertajaya :What Is Marketing, Anyway?

17 06 2008

My Photo
Catatan : Hermawan Kartajaya

Sampai sekarang pun, masih banyak yang bertanya kepada saya tentang apa sih sebenarnya marketing itu? Binatang atau makanan apa iku yoh? Padahal, sudah banyak orang yang pegang kartu nama dengan posisi marketing. Juga, sudah banyak buku maupun seminar tentang marketing.

Memang, sampai sekarang pun, masih banyak kesalahpahaman tentang marketing. Paling banyak mengartikannya sebagai penjualan atau sales. Yang juga banyak, ada anggapan marketing adalah promotion dan itu berarti spending money untuk sesuatu yang belum tentu hasilnya. Karena itu, terus ada anggapan bahwa marketing hanya cocok untuk perusahaan besar.

Yang kecil-kecil belum waktunya… nanti malah bangkrut sebelum dapat hasil nyata. Terus, ada yang baca buku atau ikut seminar di mana-mana, jadi punya kesimpulan bahwa advertising is dead, PR is upWow, jadi akhirnya orang-orang berbondong-bondong meninggalkan marketing yang lebih banyak diartikan advertising itu dan mulai menggantinya dengan even-even yang banyak diartikan sebagai PR.

Yang lebih ”maju” menganggap marketing itu sama dengan branding. Tapi, kemudian, juga gak kurang-kurang yang kebablasan mengartikan bahwa marketing adalah sekadar logo-ing. Karena itu, lantas banyak perusahaan yang mengundang desainer logo untuk memberikan beberapa alternatif. Mereka berpikir, dengan berganti logo yang keren, berarti perusahaan tertentu sudah jadi perusahaan yang ber-marketing.

Kesalahpahaman yang berakibat pada kesalahkaprahan semacam itu masih sering terjadi, walaupun saya mulai ”memperkenalkan” marketing yang sesungguhnya lewat Jawa Pos sejak lebih dari 20 tahun yang lalu!

Mungkin sebagian orang masih ingat. Tapi, tentunya generasi yang sekarang tidak tahu bahwa kelahiran marketing modern di Indonesia adalah dari Surabaya, lewat tulisan-tulisan hari Rabu saya di Jawa Pos.

Ketika ditantang Pak Dahlan Iskan untuk ikut mengembangkan Jawa Pos sebagai ”Koran Nasional dari Surabaya”, saya langsung ikut melihat kesempatan itu. Melalui rapat-rapat di kantor Jawa Pos yang ketika itu masih di Kembang Jepun, kami berenam, bersama teman-teman Surabaya yang lain, termasuk Pak Tjuk Sukiadi dan Pak Basroni Rizal, diminta memilih topik dan hari. Di situlah saya memilih marketing dan Rabu.

Untuk menggairahkan semangat marketing yang waktu itu dianggap sebagai major paling tidak laku di kalangan fakultas ekonomi, saya bahkan mengundang Pak Dahlan untuk menjadi pembicara tamu di kelas saya (waktu masih mengajar di Ubaya).

Jawa Pos yang waktu sedang dibangun dengan strategi flanking terhadap Surabaya Post yang raksasa saya jadikan kasus kontes di kalangan mahasiswa Ubaya. Hadiahnya? Cukup berlangganan gratis selama sebulan bagi tim pemenang.

Waktu itu, saya bahkan sempat khusus menulis kasus Jawa Pos yang saya anggap sebagai David yang sedang berjuang melawan Goliath. Konon kabarnya, kasus itu pernah dipresentasikan Pak Dahlan dalam salah satu konferensi SPS (Serikat Penerbit Suratkabar) atau PWI (saya tidak ingat). Tulisan Reboan itu yang akhirnya berlangsung sampai 10 tahun, tanpa absen, menjadi buku laris saya yang pertama.

Buku tersebut diedit oleh Sonny, salah seorang pionir MarkPlus di Surabaya (sekarang konsultan butik dan pemilik merek Air Mata Kucing), yang waktu itu hanya bekerja bersama tiga orang lainnya. Yaitu, Agus Giri (sekarang bos MarkPlus Indonesia Timur), Vivi Jericho (sekarang CFO MarkPlus di Jakarta), dan Hartono Anwar (sekarang sudah punya perusahaan riset sendiri). Marketing Plus jilid satu sampai kelima diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan.

Cerita-cerita ringan hasil pengamatan saya di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, maupun di seluruh dunia yang saya hubungkan dengan konsep marketing dalam artikel Reboan itu ternyata berhasil mulai menggairahkan dan ditunggu pembaca Jawa Pos.

Kisah Jawa Pos sendiri yang akhirnya menjadi cerita marketing legendaris menjadi bukti bahwa marketing memang bukan sekadar penjualan, promosi, iklan, atau branding yang hanya bisa dilakukan oleh perusahaan gede. Buat saya, Dahlan Iskan is one of the Great Marketer of Indonesia yang sulit ditiru orang.

Beliau bahkan tidak segan-segan datang ke kantor PT Panggung di Jalan Waru dini hari sekadar untuk bisa menyaksikan World Cup (yang pada 1980-an hanya bisa ditangkap oleh antena ”wajan” raksasa yang ketika itu cuma ada di situ). Perlunya? Untuk menggambar gol-gol yang tercipta guna dicetak di Jawa Pos, sehingga bisa dinikmati pembaca saat paginya. Langsung.

Waktu itu, saya memang masih menjadi GM marketing di situ (PT Panggung) dan beruntung karena diizinkan membolehkan Pak Dahlan masuk ke pabrik oleh Pak Ali Subroto yang ketika itu menjabat direktur produksi (sekarang Dirut). Lewat diferensiasi seperti itulah (ditambah banyak yang lain tentunya), akhirnya sang David bisa mengalahkan Goliath.

Kan saya memang selalu mengatakan di mana-mana, inti marketing itu adalah PDB (positioning, diferensiasi, dan brand). Bukan promosi dll itu.

Nah, setelah sekarang MarkPlus Inc ada di Jakarta, Bandung, Semarang, Medan, Singapura, Kuala Lumpur, dan tentunya Surabaya, rasanya berdosa kalau saya tidak melakukan sesuatu bersama Jawa Pos lagi di Surabaya.

Atas perkenan ”walubi” atau ”wanita luar biasa” Jawa Pos yang selalu saya kagumi, yaitu Mbak Nany Widjaja, mulai hari ini sampai 10 Juli, saya akan menulis lagi tiap hari untuk Anda. Kenapa sampai 10 Juli aja? Ya, pada tanggal itu, puncaknya, saya akan meng-organize The MarkPlus Conference yang akan menghadirkan lebih dari 12 pembicara dari Jakarta untuk membahas berbagai aspek marketing.

Berbagai ketua Asosiasi Industri di Jatim, termasuk Sang Maestro Dahlan Iskan, juga diharapkan hadir sebagai panel yang akan saya moderatori sendiri. Menkominfo Moh. Nuh yang arek Suroboyo akan datang membuka acara, sedangkan saya sendiri akan mengulas Mid Year Review Marketing in 2008 secara nasional.

Peserta sejumlah 1.000 orang nanti juga bisa memilih topik bahasan dalam tiga parallel sessions dengan panel yang berbeda. Pokoknya, baru kali pertama ada yang begini di Surabaya! Kenapa harus ngotot seperti ini? Sebagai arek Suroboyo, saya merasa punya misi untuk ikut me-marketing-kan Surabaya dengan event yang different ini. Hitung-hitung ikut sekadar membantu Cak Bambang D.H. dan Cak Arif Afandi supaya Surabaya lebih sparkling.

Kan jebul-jebulnya yang terpenting marketing adalah differentiation yang bisa men-support positioning sebagai strategi dari branding kita…

Bagaimana pendapat Anda? (*)





Samsung Bikin Ponsel dari Jagung

17 06 2008

Samsung F268 (ist)

Seoul – Raksasa ponsel, Samsung Electronics merilis ponsel baru yakni W510 dan F268. Yang istimewa, salah satu bahan untuk membuat lapisan plastik ponsel tersebut adalah tanaman jagung.

Seperti dikutip detikINET dari PCWorld, Senin (16/6/2008), dipilihnya jagung sebagai bahan ponsel Samsung ini tentu bukan asal-asalan. Namun tujuannya agar perangkat ponsel lebih ramah lingkungan.

Menurut Samsung, W510 merupakan ponsel pertama Samsung yang dibuat dari jagung. Selain itu, material lainnya di ponsel itu juga diklaim tidak berbahaya bagi lingkungan.

Untuk diketahui, beberapa perusahaan lain juga sudah membuat berbagai produk dengan bahan jagung. Beberapa nama yang bisa disebut misalnya vendor elektronik NEC dan Fujitsu dari Jepang. Fujitsu memakai jagung untuk membuat plastik sebagai salah satu komponen luar laptop.

Adapun merek ponsel berbasis jagung lainnya dari Samsung adalah F268. Aksesoris untuk F268 ini juga dijamin tidak mengandung bahan yang disinyalir berbahaya bagi alam seperti PVC (polyvinyl chloride) dan BFRs (brominated flame retardant).

Samsung juga sudah merancang berbagai inisiatif ramah lingkungan lainnya. Misalnya secara global, Samsung bakal menghentikan pemakaian PVC dan BFRs di tahun 2010 pada seluruh produknya.

Untuk sementara, ponsel W510 bakal diluncurkan di Korsel dan F268 akan dirilis di China.





Pertempuran Darat Pasukan Marinir di Kutai

17 06 2008

SAMARINDA – Sejumlah anggota marinir sesaat setelah mendarat untuk menggempur tiga titik basis pertahanan musuh pada pertempuran darat Latgab TNI 2008 yang diberi sandi ‘Yudha Siaga 2008’ di Desa Sekerat, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Kalitm, senin (16/6). FOTO ANTARA/Amirullah/ss/hp/08.



C-802 Sukses Menghantam Target

Target 60Km dalam 3 Menit

Peluru kendali C-802 merupakan peluru kendali terbaru yang dimiliki oleh TNI AL dengan kemampuan jarak tembak maksimum mencapai 120 km, sedangkan Torpedo SUT (Surface and Under Water Torpedo) merupakan senjata andalan kapal selam sebagai Torpedo anti kapal permukaan dan anti kapal selam dan senjata ini momok menakutkan dari kapal atas air.

Usai menyaksikan jalannya aksi pertempuran laut Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono beserta para undangan dengan menggunakan KRI Dr. Soeharso bergerak menuju pantai pendaratan Ampfibi di pantai Sekerat Sangatta Kalimantan Timur untuk selanjutnya pada pukul 04.30 dini hari waktu Indonesia bagian tengah akan menyaksikan langsung pendaratan Amfibi pasukan TNI yang melibatkan berbagai jenis Tank dan persenjataan berat yang dimiliki TNI untuk merebut kembali daerah yang dikuasai musuh.

Karakteristik C-802

– Merupakan rudal anti kapal permukaan buatan China.
– Panjang misil 6, 383 meter, berat 705 kg (165 kg diantaranya hulu ledak TNT 7 RDX), diameter 36 cm, mempunyai sayap (wing span) 1,22 meter.
– Sistem penggerak berupa Solid Rocket Booster & Turbo Jet.
– Jangkauan tembakan maksimum 120 km.
– Fire Power hulu ledak rudal ini mampu menghancurkan sebuah kapal perang type Destroyer bertonase 3000 ton.
– Ketika ditembakan dari KRI Layang-805 rudal akan melesat membentuk sudut 30 derajat ke udara dengan ketinggian 20 meter, dengan kecepatan 0,8 kali kecepatan suara (800 km per jam). Setelah mencapai ketinggian 20 meter, rudal akan meluncur di atas permukaan laut dan melintas mendatar, namun 5 km menjelang target kapal musuh, rudal akan menukik dan melintas pada ketinggian 5 m di atas permukaan laut sebelum menghancurkan sasaran.
– Total waktu yang diperlukan ketika KRI Layang-805 menembak target eks KRI Karang Galang yang berjarak 60 km adalah 3 menit 12 detik.

KRI TNI AL Uji Sleuruh Persenjataan

Beberapa KRI menembakkan rudal anti kapal selam ASROC (anti submarine rocket) ke arah kapal selam negara musuh pada skenario pertempuran laut Latgab TNI yang diberi sandi ” Yudha Siaga 2008″ di perairan Kaltim, Minggu (15/6).FOTO ANTARA/pandu dewantara/pd/08



Presiden Saksikan Uji Coba Rudal Baru C-802

Sangatta, Kompas – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang didampingi Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso dan ketiga Kepala Staf TNI beserta Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Widodo AS serta Ketua Komisi I DPR Theo L Sambuaga, Minggu (15/6), menyaksikan puncak Latihan Gabungan TNI 2008 yang diberi sandi ”Yudha Siaga 2008” di perairan Sangatta, Kalimantan Timur.

Dari atas anjungan KRI Dr Soeharso-990 di lambung sebelah kiri, Presiden menyaksikan tembakan roket antikapal selam (anti-submarine rocket/Asroc) yang ditembakkan dari KRI Fatahillah-361 dan KRI Nala-363 terhadap kapal selam musuh yang sebelumnya telah terdeteksi. Serangan itu dilakukan kedua KRI secara mendadak dengan senjata Asroc, yang akan meledak di bawah permukaan laut.

Sebelumnya, seusai menerima warga kehormatan korps Marinir berupa Brevet Trimedya saat masuk ke KRI Dr Soeharso-990, Presiden mendengarkan paparan mengenai Latgab TNI 2008 dari Kepala Staf Umum TNI selaku Direktur Latgab TNI 2008 Laksamana Madya Tedjo Edhy Purdijatno di ball room KRI Dr Soeharso.

Roket antikapal selam atau Asroc merupakan senjata strategis yang dimiliki KRI Fatahillah-361 dengan jarak luncur 1.600-3.600 yard dan meledak di bawah permukaan laut pada kedalaman yang ditentukan. Ledakan roket ini akan memberikan tekanan kejut yang sangat tinggi sehingga mampu menghancurkan kapal selam yang ada di kedalaman laut.

Selanjutnya, dari anjungan sebelah kanan, Presiden Yudhoyono menyaksikan tiga KRI, yaitu KRI Cut Nyak Din-375, KRI Teuku Umar-385, dan KRI Ciptadi-881, untuk melaksanakan serangan mendadak terhadap kapal selam yang tiba-tiba terdeteksi berada di lambung kanan KRI Dr Soeharso. Tembakan dilakukan dengan senjata pemukul roket bom laut atau RBU_600. Kapal ini merupakan KRI tipe perusak kawal dan berperan sebagai antikapal selam. Ketiga KRI menembakkan 24 roket secara bersamaan.

Presiden juga menyaksikan peluncuran peluru kendali C-802 yang dimiliki KRI Layang-805 dan torpedo di atas dan di bawah permukaan laut dari kapal selam KRI Cakra-401. Kapal perang musuh yang menjadi sasaran tembak adalah eks KRI Karang Galang. (HAR)

Sumber : KOMPAS





Ajaran Liberalisme Agama Ala Gus Dur:“Demi Kebebasan, Membela Kebathilan!”

17 06 2008

Atas nama kebebasan, ajaran Islam boleh dipalsukan, Al-Quran boleh diacak-acak. Dan untuk semua itu, umat Islam diminta toleran dan tidak emosi. Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian ke-238

Oleh: Adian Husaini

Masih ingat Lia Eden? Dia mendakwahkan dirinya sebagai Jibril Ruhul Kudus. Lia, yang mengaku mendapat wahyu dari Allah, pada 25 November 2007, berkirim surat kepada sejumlah pejabat negara. Kepada Ketua Mahkamah Agung RI, Bagir Manan, Lia berkirim surat yang bernada amarah. ”Akulah Malaikat Jibril sendiri yang akan mencabut nyawamu. Atas Penunjukan Tuhan, kekuatan Kerajaan Tuhan dan kewenangan Mahkamah Agung Tuhan berada di tanganku,” tulis Lia dalam surat berkop ”God’s Kingdom: Tahta Suci Kerajaan Eden”.

Jadi, mungkin hanya ada di Indonesia, ”Malaikat Jibril” berkirim surat lengkap dengan kop surat dan tanda tangannya, serta ”berganti tugas” sebagai ”pencabut nyawa.

Maka, saat ditanya tentang status aliran semacam ini, MUI dengan tegas menyatakan, ”Itu sesat.” Mengaku dan menyebarkan ajaran yang menyatakan bahwa seseorang telah mendapat wahyu dari Malaikat Jibril, apalagi menjadi jelmaan Jibril adalah tindakan munkar yang wajib dicegah dan ditanggulangi. (Kata Nabi saw: ”Barangsiapa diantara kamu yang melihat kemunkaran, maka ubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, ubah dengan lisan. Jika tidak mampu, dengan hati. Dan itulah selemah-lemah iman”).

Ada sejumlah fatwa yang telah dikeluarkan MUI tentang aliran sesat ini. Ahmadiyah dinyatakan sesat sejak tahun 1980. Pada tahun 2005, keluar juga fatwa MUI yang menyatakan bahwa paham Sekularisme, Pluralisme Agama dan Liberalisme, bertentangan dengan Islam dan haram umat Islam memeluknya. Tugas ulama, sejak dulu, memang memberikan fatwa. Tugas ulama adalah menunjukkan mana yang sesat dan mana yang tidak; mana yang haq dan mana yang bathil.

Tapi, gara-gara menjalankan tugas kenabian, mengelarkan fatwa sesat terhadap kelompok-kelompok seperti Lia Eden, Ahmadiyah, dan sejenisnya, MUI dihujani cacian. Ada yang bilang MUI tolol. Sebuah jurnal keagamaan yang terbit di IAIN Semarang menurunkan laporan utama: ”Majelis Ulama Indonesia Bukan Wakil Tuhan.” Ada praktisi hukum angkat bicara di sini, ”MUI bisa dijerat KUHP Provokator.” Seorang staf dari Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI), dalam wawancaranya dengan jurnal keagamaan ini menyatakan, bahwa:

”MUI kan hanya semacam menjual nama Tuhan saja. Dia seakan-akan mendapatkan legitimasi Tuhan untuk menyatakan sesuatu ini mudharat, sesuatu ini sesat. Padahal, dia sendiri tidak mempunyai kewenangan seperti itu. Kalau persoalan agama, biarkan Tuhan yang menentukan.” Ketika ia ditanya, ”Menurut Anda, Sekarang MUI mau diapakan?” dia jawab: ”Ya paling ideal dibubarkan.” (Jurnal Justisia, edisi 28 Th.XIII, 2005)


Majalah ADIL (edisi 29/II/24 Januari-20 Februari 2008), memuat wawancara dengan Abdurrahman Wahid (AW):

Adil: Apa alasan Gus Dur menyatakan MUI harus dibubarkan?

AW: Karena MUI itu melanggar UUD 1945. Padahal, di dalam UUD itu menjamin kebebasan mengeluarkan pendapat dan kemerdekaan berbicara..

Adil: Mengapa MUI tidak melakukan peninjauan atas konstitusi yang isinya begitu gamblang itu?

AW: Karena mereka itu goblok. Itu saja. Mestinya mereka mengerti. Mereka hanya melihat Islam itu sebatas institusi saja. Padahal Islam itu adalah ajaran.

Adil: Apa seharusnya sikap MUI terhadap kelompok-kelompok Islam sempalan itu?

AW: Dibiarkan saja. Karena itu sudah jaminan UUD. Harus ingat itu.

Perlu dicatat, bahwa Ketua Umum MUI saat ini adalah K.H. Sahal Mahfudz yang juga Rais Am PBNU. Wakil Ketua Umumnya adalah Din Syamsuddin, yang juga ketua PP Muhammadiyah. Hingga kini, salah satu ketua MUI yang sangat vokal dalam menyuarakan kesesatan Ahmadiyah dan sebagainya adalah KH Ma’ruf Amin yang juga salah satu ulama NU terkemuka.

Sejak keluarnya fatwa MUI tentang Ahmadiyah dan paham Sepilis tahun 2005, berbagai kelompok juga telah datang ke Komnas HAM, menuntut pembubaran MUI. Salah satunya adalah Kontras, yang kini dikomandani oleh Asmara Nababan. Kelompok-kelompok ini selalu mengusung paham kebebasan beragama. Puncak aksi mereka dalam aksi dukungan terhadap Ahmadiyah dilakukan pada 1 Juni 2008 di kawasan Monas Jakarta, yang kemudian berujung bentrokan dengan massa Islam yang berdemonstrasi di tempat yang sama.

Dasar kaum pemuja kebebasan untuk menghujat MUI adalah HAM dan paham kebebasan. Bagi kaum liberal ini, pasal-pasal dalam HAM dipandang sebagai hal yang suci dan harus diimani dan diaplikasikan. Dalam soal kebebasan beragama, mereka biasanya mengacu pada pasal 18 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM), yang menyatakan: ”Setiap orang mempunyai hak kebebasan berpendapat, keyakinan dan agama; hak ini termasuk kebebasan untuk mengubah agamanya atau keyakinan, dan kebebasan baik sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan yang lain dan dalam ruang publik atau privat untuk memanifestasikan agama dan keyakinannya dalam menghargai, memperingati, mempraktekkan dan mengajarkan.”

Deklarasi ini sudah ditetapkan sejak tahun 1948. Para pendiri negara Indonesia juga paham akan hal ini. Tetapi, sangatlah naif jika pasal itu kemudian dijadikan dasar pijakan untuk membebaskan seseorang/sekelompok orang membuat tafsir agama tertentu seenaknya sendiri. Khususnya Islam. Sebab, Islam adalah agama wahyu (revealed religion) yang telah sempurna sejak awal (QS 5:3). Umat Islam bersepakat dalam banyak hal, termasuk dalam soal kenabian Muhammad saw sebagai nabi terakhir. Karena itu, sehebat apa pun seorang Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, radhiyallahu ’anhum, mereka tidak terpikir sama sekali untuk mengaku menerima wahyu dari Allah. Bahkan, Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq telah bertindak tegas terhadap para nabi palsu dan para pengikutnya.

Ada batas

Masalah semacam ini sudah sangat jelas, sebagaimana jelasnya ketentuan Islam, bahwa shalat subuh adalah dua rakaat, zuhur empat rakaat, haji harus dilakukan di Tanah Suci, dan sebagainya. Karena itulah, dunia Islam tidak pernah berbeda dalam soal kenabian. Begitu juga umat Islam di Indonesia. Karena itulah, setiap penafsiran yang menyimpang dari ajaran pokok Islam, bisa dikatakan sebagai bentuk kesesatan. Meskipun bukan negara Islam, tetapi Indonesia adalah negara dengan mayoritas pemeluk Islam. Keberadaan dan kehormatan agama Islam dijamin oleh negara. Sejak lama pendiri negara ini paham akan hal ini. Bahkan, KUHP pun masih memuat pasal-pasal tentang penodaan agama. UU No 1/PNPS/1965 yang sebelumnya merupakan Penpres No 1/1965 juga ditetapkan untuk menjaga agama-agama yang diakui di Indonesia.

Bangsa mana pun paham, bahwa kebebasan dalam hal apa pun tidak dapat diterapkan tanpa batas. Ada peraturan yang harus ditaati dalam menjalankan kebebasan. Seorang pengendara motor – kaum liberal atau tidak — tidak bisa berkata kepada polisi, ”Bapak melanggar HAM, karena memaksa saya mengenakan helm. Soal kepala saya mau pecah atau tidak, itu urusan saya. Yang penting saya tidak mengganggu orang lain.”

Namun, simaklah, betapa ributnya sebagian kalangan ketika Pemda Sumbar mewajibkan siswi-siswi muslimah mengenakan kerudung di sekolah. Kalangan non-Muslim juga ikut meributkan masalah ini. Ketika ada pemaksaan untuk mengenakan helm oleh polisi mereka tidak protes. Tapi, ketika ada pemaksaan oleh pemeritah untuk mengenakan pakaian yang baik, seperti mengenakan kerudung, maka mereka protes. Padahal, itu sama-sama menyangkut hak pribadinya. Dalam 1 Korintus 11:5-6 dikatakan:

”Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya. Sebab jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya.”

Orang-orang Barat, meskipun beragama Kristen, tidak mau mewajibkan kerudung. Bahkan, karena pengaruh paham sekularisme, banyak sekolah di Barat – termasuk di Turki – yang melarang siswanya mengenakan kerudung. Untuk itulah mereka kemudian membuat berbagai penafsiran yang ujung-ujungnya menghilangkan kewajiban megenakan kerudung bagi wanita.

Jadi, karena ingin menerapkan paham kebebasan, maka mereka menolak aturan-aturan agama. Konsep kebebasan antara Barat dan Islam sangatlah berbeda. Islam memiliki konsep ”ikhtiyar” yakni, memilih diantara yang baik. Umat Islam tidak bebas memilih yang jahat. Sedangkan Barat tidak punya batasan yang pasti untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Semua diserahkan kepada dinamika sosial. Perbedaan yang mendasar ini akan terus menyebabkan terjadinya ”clash of worldview” dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dua konsep yang kontradiktif ini tidak bisa dipertemukan. Maka seorang harus menentukan, ia memilih konsep yang mana.

Kaum Muslim yang masih memegang teguh aqidahnya, pasti akan marah membaca novel The Satanic Verses-nya Salman Rushdie. Novel ini sangat biadab; misalnya menggambarkan sebuah komplek pelacuran di zaman jahiliyah yang dihuni para pelacur yang diberi nama istri-istri Nabi Muhammad saw. Bagi Islam, ini penghinaan. Bagi kaum liberal, itu kebebasan berekspresi. Bagi Islam, pemretelan ayat-ayat al-Quran dalam Tadzkirah-nya kaum Ahmadiyah, adalah penghinaan, tapi bagi kaum liberal, itu kebebasan beragama. Berbagai ucapan Mirza Ghulam Ahmad juga bisa dikategorikan sebagai penghinaan dan penodaan terhadap Islam. Sebaliknya, bagi kaum liberal, Ahmadiyah adalah bagian dari ”kebebasan beragama dan berkeyakinan.” Bagi Islam, beraksi porno dalam dunia seni adalah tercela dan dosa. Bagi kaum liberal, itu bagian dari seni dan kebebasan berekspresi, yang harus bebas dari campur tangan agama.

Kaum liberal, sebagaimana orang Barat pada umumnya, menjadikan faktor ”mengganggu orang lain” sebagai batas kebebasan. Seseorang beragama apa pun, berkeyakinan apa pun, berperilaku dan berorientasi seksual apa pun, selama tidak mengganggu orang lain, maka perilaku itu harus dibiarkan, dan negara tidak boleh campur tangan. Bagi kaum liberal, tidak ada bedanya seorang menjadi ateis atau beriman, orang boleh menjadi pelacur, pemabok, menikahi kaum sejenis (homo/lesbi), kawin dengan binatang, dan sebagainya. Yang penting tidak mengganggu orang lain. Maka, dalam sistem politik mereka, suara ulama dengan penjahat sama nilainya.

Bagi kaum pemuja paham kebebasan, pelacur yang taat hukum (tidak berkeliaran di jalan dan ada ijin praktik) bisa dikatakan berjasa bagi kemanusiaan, karena tidak mengganggu orang lain. Bahkan ada yang menganggap berjasa karena menyenangkan orang lain. Tidak heran, jika sejumlah aktivis AKKBB, kini sibuk berkampanye perlunya perkawinan sesama jenis dilegalkan di Indonesia. Dalihnya, juga kebebasan melaksanakan perkawinan tanpa memandang orientasi seksual. Mereka sering merujuk pada Resolusi Majelis Umum 2200A (XXI) tentang Kovenan Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik. Maka, tidak heran, jika seorang aktivis liberal seperti Musdah Mulia membuat pernyataan: ”Seorang lesbian yang bertaqwa akan mulia di sisi Allah, saya yakin ini.” Juga, ia katakan, bahwa ”Esensi ajaran agama adalah memanusiakan manusia, menghormati manusia dan memuliakannya. Tidak peduli apa pun ras, suku, warna kulit, jenis kelamin, status sosial dan orientasi seksualnya. Bahkan, tidak peduli apa pun agamanya.” (Jurnal Perempuan, Maret 2008).

Apakah kaum liberal juga memberi kebebasan kepada orang lain? Tentu tidak! Mereka juga memaksa orang lain untuk menjadi liberal, sekular. Mereka marah ketika ada daerah yang menerapkan syariah. Mungkin, mereka akan sangat tersinggung jika lagu Indonesia Raya dicampur aduk dengan lagu Gundhul-gundhul Pacul. Mereka juga akan marah jika lambang negara RI burung garuda diganti dengan burung emprit. Tapi, anehnya, mereka tidak mau terima jika umat Islam tersinggung karena Nabinya diperhinakan, Al-Quran diacak-acak, dan ajaran Islam dipalsukan. Untuk semua itu, mereka menuntut umat Islam agar toleran,”dewasa”, dan tidak emosi. ”Demi kebebasan!”, kata mereka.

Logika kelompok liberal seperti Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) dalam membela habis-habisan kelompok Ahmadiyah dengan alasan kebebasan beragama dan berkeyakinan sangatlah absurd dan naif. Mereka tidak mau memahami, bahwa soal Ahmadiyah adalah persoalan aqidah. Sebab, Ahmadiyah sendiri juga berdiri atas dasar aqidah Ahmadiyah yang bertumpu pada soal klaim kenabian Mirza Ghulam Ahmad. Karena memandang semua agama sama posisinya, maka mereka tidak bisa atau tidak mau membedakan mana yang sesat dan mana yang benar. Semuanya, menurut mereka, harus diperlakukan sama.

Cara pandang kaum ”pemuja kebebasan” semacam itulah yang secara diametral bertentangan dengan cara pandang Islam. Islam jelas membedakan antara Mu’min dan kafir, antara yang adil dan fasiq. Masing-masing ada tempatnya sendiri-sendiri. Orang kafir kuburannya dibedakan dari orang Islam. Kaum Muslim diperintahkan, jangan mudah percaya pada berita yang dibawa orang fasiq, seperti orang yang kacau shalat lima waktunya, para pemabok, pezina, pendusta, dan sebagainya. Jadi, dalam pandangan Islam, manusia memang dibedakan berdasarkan takwa nya.

Jadi, itulah cara pandang para pemuja kebebasan. Jika ditelaah, misi mereka sebenarnya adalah ingin mengecilkan arti agama dan menghapus agama dari kehidupan manusia. Mereka maunya manusia bebas dari agama dalam kehidupan. Untuk memahami misi kelompok semacam AKKBB ini, cobalah simak misi dan tujuan kelompok-kelompok persaudaraan lintas-agama seperti Free Mason yang berslogan ”liberty, fraternity, dan egality”, atau kaum Theosofie yang bersemboyan: “There is no religion higher than Truth.” Jadi, kaum seperti ini punya sandar ”kebenaran sendiri” yang mereka klaim berada di atas agama-agama yang ada. [Depok, 13 Juni 2008/www.hidayatullah.com]





Astronom Temukan Tiga ”Bumi Super

17 06 2008

WASHINGTON – Sekelompok peneliti Eropa menyatakan telah menemukan tiga super-Earth, planet mirip bumi dengan massa lebih besar. Ketiganya mengorbit pada bintang di dekatnya. Tim peneliti ini juga mengaku menemukan dua tata surya lain.

Dalam sebuah konferensi di Prancis, tim Eropa tersebut mengatakan, temuan itu menunjukkan bahwa planet mirip bumi mungkin saja sangat banyak di jagat raya ini. ”Akankah itu berarti tiap bintang pasti dikelilingi planet-planet? Kalau ya, berapa? Kita belum bisa menjawab pertanyaan itu sekarang. Tapi, kita telah mengalami kemajuan besar,” kata Michel Mayor dari Geneva Observatory di Swiss.

Ditambahkan Mayor, ketiga planet mirip bumi tersebut mengorbit pada sebuah bintang yang sedikit lebih kecil daripada matahari. Letak bintang itu sekitar 42 tahun cahaya di sebelah selatan konstelasi Doradus dan Pictor.

Massa ketiga planet tersebut lebih besar daripada bumi. Planet pertama 4,2 kali bumi, yang kedua 6,7 kali bumi, dan yang ketiga 9,4 kali massa bumi. Namun, kecepatan mengorbit mereka luar biasa. Yang paling cepat mengorbit dalam empat hari, yang kedua 10 hari, dan yang paling lambat 20 hari. ”Bandingkan dengan bumi yang mengorbit matahari dalam 365 hari,” tambahnya.

Temuan itu didapatkan tim Mayor dengan memanfaatkan High Accuracy Radial velocity Planet Searcher (HARPS), teleskop di La Silla observatory di Cile. Sejauh ini, 270 exoplanets telah ditemukan, kebanyakan berukuran sangat besar, mirip Jupiter atau Saturnus. Planet-planet lebih kecil yang mendekati ukuran bumi jauh lebih sulit dilacak. ”Tapi, dengan peralatan seperti spektograf HARPS, kita sekarang bisa menemukan planet-planet yang lebih kecil, yang massanya 2-20 kali massa bumi,” kata Stephane Udry, peneliti lain dalam tim tersebut.

Tim Eropa itu mengaku juga menemukan sebuah planet dengan massa 7,5 kali bumi. Planet tersebut mengorbit pada bintang HD 181433 dalam 9,5 hari. Bintang itu juga memiliki planet mirip Jupiter yang mengorbit tiap tiga tahun.

Tata surya lain yang mereka temukan memiliki planet dengan massa 22 kali bumi yang mengorbit tiap empat hari, serta planet mirip Saturnus yang mengorbit tiap tiga tahun. ”Jelas, planet-planet ini hanya puncak gunung es. Analisis kami menunjukkan, sekitar sepertiga dari bintang-bintang mirip matahari memiliki super Earth atau planet mirip Neptunus dengan kecepatan mengorbit 50 hari,” papar Mayor. (Rtr/dia/soe)





Bermesraan dengan Robot Tinggal Tunggu Waktu

17 06 2008

MAASTRICHT – Hubungan romantis antara manusia dengan robot tampaknya bukan sekadar dongeng fiksi sains. Dalam empat dekade mendatang, para peneliti memprediksi manusia bakal bisa bermesraan dengan robot.

“Yang saya maksud adalah hubungan percintaan antara manusia dengan robot,” kata David Levy, penulis buku Love + Sex with Robots, dalam konferensi internasional di University of Maastricht, Belanda, pekan lalu. Dia optimistis hubungan tidak lazim itu akan terwujud pada 2050, bahkan lebih cepat. Saat ini, lanjut dia, para ilmuwan sedang berupaya merealisasikan hal tersebut.

Menurut Levy, dalam menjalin kasih dengan manusia, robot-robot humanoid tidak sekadar berfungsi sebagai mesin seks. “Robot-robot itu dirancang memiliki emosi, kepribadian, dan kesadaran,” ujarnya. Robot-robot canggih tersebut juga bisa berbicara, menghibur, dan mengucapkan “I love you“.

Sebagai langkah awal, dalam waktu lima tahun mendatang, robot sex toy tersebut akan beredar di pasaran. “Itu semacam upgrade sex doll yang sering ditemukan di pasaran sekarang,” ungkapnya.

Selanjutnya, para ilmuwan akan melengkapi robot sex toy tersebut dengan perasaan dan emosi. Dibutuhkan sekitar 35 tahun untuk “memanusiakan” robot-robot itu. “Bagian yang paling sulit adalah menanamkan kemampuan berkomunikasi,” tuturnya.

Dia mengungkapkan, robot humanoid yang bisa menjadi kekasih manusia itu akan dilengkapi dengan sensor suara elektronik. Sensor tersebut memungkinkan robot-robot itu bersuara seperti manusia saat menerima rangsangan erotis. “Saya yakin itu akan terwujud dalam 40 tahun, bahkan lebih cepat,” ucapnya.

Namun, optimisme Levy tersebut diragukan oleh ilmuwan Inggris Dylan Evans. “Yang sangat esensial tentang hubungan percintaan adalah mengasihi tanpa syarat. Robot tidak bisa memilih atau menolak Anda,” tegasnya. (AFP/hep/soe)





Kloning Anjing Pengendus Kanker

17 06 2008

SEOUL – Kloning anjing istimewa sukses dilakukan RNL Bio. Perusahaan bioteknologi Korea Selatan itu berhasil mengkloning empat anjing dari induknya, Marine, anjing labrador retriever asal Jepang, yang memiliki kemampuan mengendus sel kanker pada manusia.

“Marine memiliki kemampuan istimewa mendeteksi kanker. Saya harap keturunan yang dihasilkan dari proses kloning ini memiliki karakter yang sama dengan induknya,” papar Profesor Lee Byeong-chun dari Seoul National University kemarin (16/6).

September mendatang, empat anak anjing berwarna hitam yang lahir tiga pekan lalu itu bakal dikirim kembali ke Jepang. “Berkat teknologi kloning, ia (Marine) mampu melestarikan keturunannya,” tulis RNL Bio dalam pernyataan resmi yang dipublikasikan melalui situsnya kemarin. Keempatnya akan menjalani pelatihan khusus untuk mengasah kemampuan mengendus sel kanker yang diperoleh dari Marine.

Dalam keterangannya, RNL Bio menyatakan bahwa Marine, yang kini berusia enam setengah tahun, mampu mendeteksi sel kanker pasien dengan cara mengendus sampel urine atau napas. Konon, sel kanker mengeluarkan bau khas yang tidak dimiliki sel sehat. Saat ini, sejumlah ilmuwan di negara-negara tertentu sedang meneliti kemampuan anjing mendeteksi kanker paru-paru, payudara, prostat, dan kulit pada stadium awal itu.

Kloning oleh tim ilmuwan Korsel di bawah pimpinan Lee itu dilakukan atas permintaan perusahaan sel induk Jepang Seems. Proses pengembangbiakan buatan tersebut dilakukan karena Marine tidak bisa berkembang biak secara alami. Beberapa waktu lalu, anjing pintar itu menjalani operasi pengangkatan rahim yang membuatnya tidak bisa memiliki keturunan secara normal.

Marine mendapatkan keahlian berkat latihan yang diberikan pemiliknya, Yuji Satoh. Tuan Marine itu menjabat sebagai kepala St. Sugar Cancer Sniffing Dog Training Centre yang terletak di Shirahama, Perfektur Chiba. Rencananya, dua di antara empat keturunan Marine itu akan dijual kepada dua klien di Jepang seharga KRW 500 juta (sekitar Rp 4,49 miliar) per ekor.

Selama ini, RNL Bio dikenal sebagai pelopor kloning komersial di Semenanjung Korea. Februari lalu, RNL Bio menerima order dari perempuan Amerika Serikat (AS) untuk “menciptakan” kembali anjing pitbull-nya dengan tarif USD 150.000 (sekitar Rp 1,4 miliar). Lee adalah ilmuwan yang merupakan bagian dari tim pengkloning anjing pertama di dunia, Snuppy, pada 2005. Musim panas lalu, universitas tempat Lee bernaung sepakat mengembangkan anjing pelacak narkoba untuk bea cukai. (AFP/Rtr/hep/ami)





Robot PENS ITS Usung Strategi Baru ke India

17 06 2008

MENANG delapan kali dalam Kontes Robot Indonesia (KRI) 2008 tak membuat Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS)-Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) lega. Tim PENS dan robotnya, Jump-be, masih harus menghadapi satu laga menentukan lain sebelum dikukuhkan sebagai yang terbaik.

Setelah memenangi kontes di tingkat nasional, Jump-be masih harus bertanding dalam kontes robot tingkat internasional ABU Robocon 2008. Kontes tersebut akan berlangsung di Pune, India, 30 Agustus. Robot yang mereka rancang pun harus menghadapi lawan yang lebih tangguh dari negara tetangga. Misalnya, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Jepang.

”Kami terutama akan memperbaiki mekanik dan programnya,” kata Iwan Kurnianto, driver atau pengendali robot manual Jump-be, ketika dihubungi kemarin (16/6).

Tim baru sampai di Surabaya tadi malam. Menurut dia, Jump-be nanti harus bisa bergerak dan berstrategi lebih pintar dibandingkan sekarang.

Karena itu, selain perbaikan robot, tim berupaya ”memantau” lawan. Salah satu usaha yang segera dilakukan Iwan dan kawan-kawan adalah mengunduh (men-download) video-video lawan. Menurut mahasiswa semester empat itu, beberapa negara seperti Vietnam, Thailand, dan India telah menyelesaikan pertandingan final nasional.

Dan layaknya rekaman pertandingan antara PENS dan Khil_G Unibraw, video final tingkat nasional negara-negara lain pun sudah tersebar di dunia maya. Karena itu, Iwan dan kawan-kawan bertekad mempelajari strategi lawan. ”Menurut kami, lawan di tingkat internasional nanti berat-berat. Kami tidak pernah memandang mereka sebelah mata,” ujarnya.

Ucapan senada datang dari ketua tim, Ridla Rizalani Arif. Menurut dia, lawan-lawan di tingkat internasional biasanya memberikan perlawanan lebih. Adu strategi dan kekuatan lebih kental. ”Karena itu, tim harus bekerja lebih keras,” tegas Ridla.

Kerja keras itu akan dilakukan total selama sebulan. Pertandingan memang baru berlangsung 30 Agustus, tapi robot sudah harus sampai di India sebulan sebelum lomba. Karena itu, waktu tim untuk memperbaiki robot hanya sekitar enam minggu. Menurut Ridla, tim telah membuat jadwal perbaikan robot dan latihan. Sehari mereka bisa full mengerjakan robot. ”Yah sehari penuh, kecuali kalau ada kuliah,” ungkapnya.

Pada ABU Robocon 2007 di Hanoi, Vietnam, robot PENS-ITS menduduki peringkat kedua. Mereka dikalahkan robot bikinan mahasiswa Xian Jiaolong University, Tiongkok. (ara/dos