Malaysia: Yoga Haram Bagi Muslim!

24 11 2008

Kuala Lumpur – Badan tertinggi Islam di Malaysia melarang umat muslim melakukan yoga. Alasannya, latihan fisik asal India itu mengandung elemen-elemen Hindu yang bisa merusak muslim.

Fatwa haram itu dikeluarkan Dewan Fatwa Nasional, yang punya otoritas untuk mengatur bagaimana muslim di negeri jiran itu mempraktekkan keimanan mereka.

Menurut fatwa yang dikeluarkan lembaga itu, yoga bukan cuma melibatkan latihan fisik namun juga elemen-elemen spiritual, pujian dan pemujaan Hindu. Demikian seperti dilansir USA Today, Sabtu (22/11/2008).

Menurut Ketua Dewan Fatwa Nasional, Abdul Shukor Husin, banyak muslim yang mempraktekkan yoga yang populer di dunia itu, tidak mengetahui kalau tujuan akhirnya adalah menyatu dengan Tuhan dari agama lain.

“Kami memandang bahwa yoga, yang berasal dari Hindu, menggabungkan latihan fisik, elemen agama, pujian dan pemujian untuk tujuan mencapai perdamaian dalam diri dan pada akhirnya menyatu dengan Tuhan,” kata Husin pada wartawan di Kuala Lumpur.

“Itu tidak sepantasnya. Itu bisa merusak iman seorang muslim,” imbuhnya. Dikatakannya, para ulama di Mesir juga telah mengeluarkan fatwa serupa pada tahun 2004 dan menyebut yoga sebagai “penyimpangan.”

Belum lama ini dewan tersebut juga mengeluarkan fatwa yang melarang perilaku tomboy. Ditegaskan bahwa anak perempuan yang bertingkah dan bergaya seperti anak laki-laki berarti melanggar ajaran Islam.(ita/ita)





Kontroversi Adam Malik Agen CIA : Tim Weiner Telah 20 Tahun Menulis Tentang CIA

24 11 2008

Washington – Buku “Legacy Of Ashes The History Of CIA” merupakan buku ketiga yang ditulis seorang wartawan The New York Times, Tim Weiner. Dalam buku tersebut, Adam Malik disebut-sebut merupakan agen CIA, badan intelijen AS.

Terlepas dari benar tidaknya hal itu, penulis buku tersebut, Tim Weiner bukanlah penulis kacangan.

Pria berusia 52 tahun itu pernah meraih penghargaan bergengsi Pulitzer Prize. Bahkan karena bukunya “Legacy Of Ashes The History Of CIA” laris manis, Weiner telah mendapatkan kontrak baru untuk menulis dua buku lagi bertema keamanan nasional. Satu buku mengenai sejarah FBI dan buku lainnya mengenai sejarah militer AS sejak Perang Dunia II.

Menurut Weiner seperti dilansir Observer.com, kemungkinan dirinya bakal butuh waktu 5-6 tahun untuk mengerjakan kedua buku tersebut.

Weiner telah menulis tentang CIA, badan intelijen Amerika itu selama 20 tahun terakhir. Dia telah bepergian ke Afghanistan dan negara-negara lain untuk menyelidiki operasi tersembunyi CIA.

Selain itu Weiner juga telah pergi dan melaporkan dari 18 negara, termasuk Pakistan, Sudan, Liberia, Kuba, Haiti dan Filipina untuk meliput perang, kudeta dan kebijakan luar negeri AS.

Weiner bergabung dengan koran ternama AS, The New York Times pada tahun 1993. Dia pernah menjadi koresponden keamanan nasional di Washington dan koresponden asing di Meksiko.

Weiner meraih Pulitzer Prize pada tahun 1988. Penghargaan itu diraihnya sewaktu menjadi reporter investigasi di media Philadelphia Inquirer. Weiner meraih Pulitzer tersebut untuk tulisannya soal laporan nasional AS mengenai pembelanjaan Pentagon dan CIA.

Tulisannya itu kemudian dituangkan dalam bentuk buku. Pada tahun 1990, Weiner pun meluncurkan buku pertamanya, yang berjudul “Blank Check: The Pentagon’s Black Budget”.

Mulai tahun 1993 hingga 1999, Weiner menjadi reporter biro Washington yang meliput CIA untuk The New York Times.

Weiner pun meluncurkan buku ketiganya berjudul “Legacy of Ashes: The History of the CIA” yang menjadi pemenang non-fiksi penghargaan National Book Award 2007 dan merupakan salah satu buku terlaris di AS dan Inggris.





Kontroversi Adam Malik Agen CIA JK Minta Tim Weiner Tanggung Jawab

24 11 2008

Jakarta – Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) tidak mempercayai Adam Malik seorang agen CIA. Pria berkumis tipis itu pun meminta, Tim Weiner, si penulis buku ‘Legacy of Ashes The History of CIA’ bertanggung jawab.

“Kita harus pelajari dan minta pertanggungjawaban yang menulis buku itu,” tandas JK usai bertemu dengan Pangeran Philippe dari Belgia di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (24/11/2008).

JK pun setuju jika pemerintah Indonesia membantah penulisan Adam Malik agen CIA di dalam buku yang telah diterjemahkan dalam judul ‘Membongkar Kegagalan CIA’ itu. “Yang lebih menarik itu kita harus bantah,” lanjut pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar itu.

Sebagai diplomat, Adam Malik pasti memiliki relasi yang luas. Namun hal itu bukan berarti bisa disangkutpautkan bahwa Adam Malik seorang agen CIA.

“Ia bukan seperti itu. Dia memang punya banyak kawan. Bahwa beliau berteman dengan seorang diplomat itu bisa saja. Tapi bukan berarti beliau terlibat sebagai agen,” tandasnya.(ken/iy)